Minggu, 12 Februari 2017

Kaya.. (Itu Seperti Apa?) Oleh Ippho Santosa

Ini adalah salah satu pertanyaan yang sering dilontarkan oleh peserta seminar dan perlu saya jawab, “Apa itu kekayaan? Bagaimana cara memperolehnya? Apa beda uang dan kekayaan? Seberapa penting memahami perbedaan kedua hal ini?

Kenapa kekayaan ternyata membuat orang malah makin sengsara dan tidak bahagia? Apakah benar kekayaan tidak dianjurkan dalam Islam?” Semua pertanyaan itu mengerucut pada sebuah pertanyaan induk, “Kaya yang membahagiakan itu seperti apakah?”

Kurang-lebih seperti itu.

Btw, Anda kenal Mike Tyson? Yah, dialah petinju paling fenomenal sepanjang sejarah. Selama kariernya, Mike Tyson berhasil mencetak uang sebesar 300 juta US dollar atau sebesar 3,45 triliun rupiah. Sebuah angka yang fantastis, untuk anak jalanan yang berhasil masuk ring skala dunia. 

Sekarang, saya ingin bertanya. Kayakah dia? Iya, pada masanya. Saat ini, Mike Tyson hidup dengan hutang beberapa juta US dollar dan biaya hidupnya pernah ditanggung pemerintah. Di akhir kariernya, dia kembali pada level semula. Dan sekarang ia mulai bangkit dengan bisnis kecil-kecilan dan jadi artis figuran.

Banyak artis dan atlit terkenal, yang berhasil mengukir kesuksesan. Bahkan ada seorang anggota dewan yang berasal dari tukang becak, setelah selesai masa tugasnya, menjadi tukang becak kembali. Mereka sempat kaya, tapi di akhir hayatnya, kembali miskin. Levelnya yang semula. 

Tentu saja, ini bahan pelajaran bagi kita, bukan bahan olokan. Dalam pembelajaran dan pengalaman saya, saya meyakini bahwa “kekayaan sifatnya relatif permanen”. Contoh di atas menunjukkan bahwa mereka sebenarnya belum kaya, baru ‘banyak uang’.

Tidak tanggung-tanggung, saya dan Nasrullah membahas ini semua dalam berbagai seminar (dan sudah dibukukan). Satu hal yang pasti, untuk menjaga tetap kaya, kita perlu menguasai ilmu bisnis dan ilmu investasi. Boleh ilmu bisnis saja. Boleh ilmu investasi saja. Namun alangkah baiknya kalau kedua-duanya dipelajari.

Bagi entrepreneur, massive income dan passive income harus menjadi tumpuan perhatian. Sudahkah bisnis kita berhasil mencetaknya? Atau sesekali saja? Atau tidak pernah sama sekali? Ingatlah, bisnis tanpa massive income dan tanpa passive income, belum layak disebut bisnis yang stabil. 

Kapan-kapan kita sambung lagi. Sekian dari saya, Ippho Santosa.

=======================================================================

ciminis.blogspot.com bertujuan menuliskan kembali semua cerita inspiring yang pernah di baca oleh pemilik blog ciminis.blogspot.com untuk bisa dibagikan kapada banyak orang. Karena saya merasa itu hal yang bagus sebagai bacaan, tambahan ilmu juga sebagai pembelajaran dan bahan renungan kehidupan. 


EmoticonEmoticon