Selasa, 14 Februari 2017

Kerja Itu Ibadah? Oleh Ippho Santosa

Curi-curi waktu di kantor.
Menjelek-jelekkan atasan.
Datang telat, pulang cepat.

Pernahkan Anda melihat fenomena ini di kantor-kantor.

Beberapa hari yang lalu, saya diundang oleh Indonesia Power, sebuah BUMN. Ya, in-house seminar. Pada kesempatan itu, sedikit-banyak saya bicara soal #KerjaItuIbadah. Memang, semua profesional sudah tahu tentang ini, namun bagaimana dengan penerapannya? Contoh:

-       Ia curi-curi waktu di kantor. Atau, badannya di kantor, tapi hati dan pikirannya di luar kantor. Pantaskah kita mengaku kerja itu ibadah?

-       Ia menjelek-jelekkan atasan dan rekan sekantor. Bahkan sering bergunjing tentang kantor. Pantaskah kita mengaku kerja itu ibadah?

-       Ia tidak peduli dengan masalah-masalah kantor yang tidak berhubungan langsung dengan dirinya. Dengan alasan beda divisi dan beda KPI, ia enggan menolong rekan sekantor.

-       Ia mementingkan office politic daripada office performance. Ia menjalankan ‘politik kotor’ di kantor.

-       Tidak jarang ia membenarkan dirinya sendiri, menyalah-nyalahkan keadaan, bahkan oportunis dari setiap keadaan di kantor.

-       Masuknya nyuap, datangnya telat, pulangnya cepat, ngeluhnya tiap saat, kerjanya nyendat-nyendat, dan malasnya berlipat-lipat. Hm, masih ngaku kerja itu ibadah? Hehehe, kalau Anda tidak melakukannya, yah Anda tidak perlu tersinggung.

Masih pantaskah kita mengaku kerja itu ibadah? Tak ada salahnya kalau kita sama-sama merenungkan ini. Dan mohon sampaikan tulisan ini kepada rekan kerja Anda. Syukur-syukur kalau kita semua akhirnya tersadarkan.

Ingatlah, kerja hanya akan bernilai ibadah jika kita iringi dengan niat yang benar, sikap yang benar, dan cara yang benar. Bukan sekadar kerja. Demikian pula teman-teman yang masih belajar atau yang sudah berbisnis. Hendaknya semua kesibukan kita terhitung ibadah. 

Sekian dari saya, Ippho Santosa.


EmoticonEmoticon