Lantas,
apa saran praktis dari saya? Pertama-tama, investasi dulu dengan-Nya.
Maksudnya, bersedekah. Terus? Kedua, investasi untuk otak kita.
Maksudnya, belajar. Setelah itu? Insya Allah akan lebih mudah untuk
investasi real, misalnya properti atau emas.
Orang
lain mungkin perlu sedekahan kita. Yang sebenarnya, kitalah yang lebih
perlu untuk bersedekah. Ya, lebih perlu. Bukankah rezeki kita jadi lebih
baik setelah bersedekah?
Dengan
kata lain, sedekah yang kita berikan kepada sesama, pada hakikatnya itu
untuk kita. Ya, untuk kita. Bukankah segala manfaat dan pahalanya akan
kembali kepada kita?
"Harta
yang kita kumpulkan dan perniagaan yang kita sibukkan, hampir-hampir
itu tak bermakna. Kecuali itu jadi amal dan manfaat," inilah pesan guru
saya sejak lama.
Mendengar
itu, saya langsung berdoa dalam hati, "Ya Allah, jauhkan kami dari
perniagaan yang merugi. Dan jauhkan kami sejauh-jauhnya dari kehidupan
yang merugi. Aamiin."
Satu
hal lagi. Setelah bersedekah, kadang niat kita bisa terganggu. Merasa
bangga. Merasa berjasa. Macam-macamlah. Makanya kelurusan niat dan
ketulusan niat mesti kita jaga benar-benar. Soal amal, jangan pernah
sekalipun kita merasa bangga. Toh, rezeki dari Allah. Yang menggerakkan
kita untuk bersedekah juga Allah. Right?
Sekian dari saya, Ippho Santosa...
EmoticonEmoticon